Order Now...

Order Now Email:grosirfilmkorea@gmail.com No hp 085297437955 pin 31040FE0 Fb Hiradona hasibuan Twitter donys_Go

Senin, 16 Januari 2012


We Got Married (Part 1)

Tittle      : We Got Married
Author  : Vhii Kikey Shawol
Cast       :
  • Tiffany Hwang
  • Lee Jinki
Cameo  :
  • Park Ji Yeon
  • Kim Jong Hyun
  • And Other
Genre   : Comedy,Romance
Rating   : PG+15
Length  :Chaptered
Backsound : Vanilla Love (Lee Hyun Ji Feat. Onew)
Disclaimer  : Terinspirasi bikin cerita ini habis nonton HB SNSD & HB SHINee hehe :D

Kalau Mau Komen “TERIMAKASIH”

Kalau Tidak Juga Gak Apa  :)

(Author Pov)
Cuaca pagi ini begitu cerah. Mataharipun mulai bersinar, cahanya perlahan-lahan menerobos masuk ke dalam kamar Tiffany melalui celah-celah gorden yang sedikit terbuka. Tiffany mengerdip-ngerdipkan matanya yang terkena kilauan sinar matahari.
Tangannya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dari terpaan sinar matahari yang mengganggu tidurnya. Baru saja ia akan kembali terbang ke alam mimpi sebuah suara membuatnya dengan terpaksa harus membuka matanya.
“Fany Fany Tiffany!!” Teriak Nyonya Kim dari luar kamar
“Eummm…waeyo…?” sahut Tiffany dengan nada malas
“Kau tidak kuliah huh?” tanya Nyonya Kim lagi
“Masih terlalu pagi untuk berangkat ke kampus oemma.” Ujarnya melindur
“ya! Pagi apanya, ini sudah pukul 07.00 KST!!” pekik Nyonya Kim
“Mwo?!!” Tiffany langsung bangun dari tidurnya
Yeoja berparas manis itu kemudian menghambur masuk  ke dalam kamar mandi
***
Pukul 07.30 KST
Tiffany keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe berwarna pink dengan motif  kelinci. Tiffany kemudian mengambil sebuah kaos lengan pendek berwarna putih polos dengan overal berwarna pink untuk dikenakannya ke kampus hari ini.
Setelah mengganti pakaian Tiffany kemudian mulai berkutat di depan meja rias, di sisir rambut-rambutnya yang berwarna hitam lebat kemudian di gerainya ke belakang dan poninyapun di belah pinggir. Tak lupa ia menaburkan sedikit bedak ke permukaan kulit wajahnya dan mempoles bibirnya dengan lipstik berwarna pink, warna yang sama dengan bibirnya.
Selesai berdandan Tiffany keluar dari kamar dengan membawa tas berwarna senada dengan overalnya sambil memutar-mutar kunci mobil dengan jari telunjuknya.
***
Tiffany melangkah menuruni tangga dengan cepat, seraya kemudian duduk bersama kedua orang tuanya di di meja makan.
“Annyeong appa… annyeong oemma…” sapa Tiffany dengan senyum yang tak mau lepas dari bibirnya, seraya kemudian membalik piringnya ke atas dan mengambil nasi goreng yang terhidang di depannya.
Saat keluarga Hwang tengah melakukan sarapan pagi tak ada satupun suara yang terdengar, sangat hening, hanya suara sendok dan garpu yang berbenturan dengan piringlah yang terdengar.
Tiffany meletakan sendok dan garpunya di atas piringnya. Dan mengambil secarik tissue di hadapannya untuk membersihkan bekas makanan yang mungkin tertinggal di sekitar mulutnya.
“Appa oemma aku berangkat dulu ya.” Tiffany beranjak dari kursi dan mencium kedua pipi Tuan Hwang dan Nyonya Kim
“Hati-hati di jalan Fany~ah” ujar Nyonya Kim
Tiffany menoleh ke belakang dan tersenyum sekilas pada oemmanya.
***
“Segar…” Jinki tersenyum seraya kemudian berjalan ke balkon yang terdapat di kamarnya dengan handuk yang mengantung di lehernya.
Jinki mendekat ke pembatas balkon dan merentangkan kedua tangannya, membiarkan semilir angin yang berhembus menyentuh tubuhnya yang sedang bertelanjang dada.
Setelah beberapa menit ia merasakan angin semilir yang menyentuh tubuhnya, akhirnya ia mulai merasa kedinginan dan masuk ke dalam.
Jinki mengenakan kaos berwarna putih dan juga hoodie berwarna biru muda. Seraya kemudian memandangi pantulan wajahnya di cermin.
“Haha…” Jinki tertawa kecil seraya berpose bak seorang model di depan cermin
“Neomu meotjyeo Jinki~a.” pujinya pada bayangannya di cermin
Seraya kemudian keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu yang terdapat di rumahnya.
Baru saja Jinki hendak berjalan keluar rumah tiba-tiba suara wanita paruh baya memanggilnya
“Jinki~ah kau tidak makan huh?” tanya Nyonya Goo pada putra pertamanya itu
“Ah ani… aku buru-buru oemma.” Ujar Jinki seraya kembali melanjutkan langkahnya.
“Hemm…” Nyonya Goo hanya mendengus pelan dan kembali berkumpul bersama suami dan kedua adik Jinki di meja makan.
***
Jinki masuk ke dalam mobi dan duduk di kursi kemudi, sebelum menyalakan mesin mobilnya di ambilnya mini ipod berwarna biru muda dari kantong hoodienya, mengenakan headset  dan menyetel music yang ia suka.
Jinki menyetir mobilnya menuju ke kampusnya, matanya fokus melihat ke depan tanpa mau melirik ke kiri ataupun kekanan, di karenakan ia sudah cukup penat dan bosan dengan pemandangan kota Seoul yang begitu-gitu saja.
***
08.00 KST
Jinki memarkirkan mobil BMW berwarna silver miliknya di parkiran yang terletak di sebelah barat universitasnya seraya kemudian turun dari mobil dengan gaya yang cukup Cool membuat semua mata terpaku memandanginya.
Ya Jinki adalah salah satu namja populer Di Konkuk University. Tidak hanya tampan dan memiliki tubuh atletis *boong banget -_-*  tapi dia juga anak seorang direktur perusahaan ternama di Seoul, membuat kaum hawa berlomba-lomba untuk menjadi tambatan hatinya namun di antara beribu-ribu wanita cantik yang berlomba-lomba mendapatkannya pilihannya jatuh ke pada Park Ji Yeon, seorang gadis yang bertatanan sederhana yang sekarang tengah berjalan menghampiri Jinki seraya melambaikan tangan dan memamerkan senyuman manis di pipinya.
Jinki balas melambaikan tangan dan tersenyum manis pada Ji Yeon.
“Morning darling.” Sapa Jinki
“Hahahaha… morning.” Ji Yeon tersenyum
Jinki membelai rambut Ji Yeon mesra “Kau sudah datang dari tadi eum?”
“Hahaha aniya… mungkin hanya 20 menit lebih dari mu.”
“Sama saja darling.” Ujar Jinki
“Hahaha…” Ji Yeon hanya tertawa kecil
“Kau masuk jam berapa?” tanya Jinki
Ji Yeon melirik jam tangan yang terpasang di tangan kirinya “Kira-kira 25 menit lagi”
“Hemmmm…” Jinki mendengus pelan
“Waeyo?” Ji Yeon mengerutkan dahinya
“Apa masih bisa bersamaku lima menit lagi?” tanya Jinki dengan raut muka masam
“Hahaha…” Ji Yeon tertawa kecil melihat raut wajah Jinki
“Waeyo? Kau tak mau belama-lama denganku ya?” tanya Jinki yang membuat Ji Yeon merasa terpojok
“Bukan begitu… hanya saja jika kau memasang raut wajah seperti itu kau kelihatan lebih lucu.”
“Haha… Jinca?” tanya Jinki
“Ne.” JI Yeon tersenyum seraya melirik jam tangannya
“Hemmm… aku sudah lima menit bersamamu di sini sekarang aku harus ke kelasku.” Kata Ji Yeon
“Lima menit lagi bisa tidak?”
“Tidak bisa… sebentar lagi dosen ku akan masuk kelas.”
“Baiklah… belajar yang rajin ya, jangan memikirkan ku terus.” Canda Jinki seraya mengacak rambut Ji Yeon
“Ya… percaya diri sekali kau…”
“Hahaha…”
“Sudah ya aku ke kelas dulu… kau ke kelasmu sana.” Perintah Ji Yeon seraya kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Jinki
“Haha… Ji Yeon~ah!” panggil Jinki
Ji Yeon menoleh ke belakang dan menatap Jinki dengan tatapan Apa-Lagi
“Saranghae!!!” Teriak Jinki
Ji Yeon tak menjawab dan hanya tersenyum kecil seraya kemudian kembali melanjutkan langkahnya.
“Hahaha… you make me crazy.” Gumam Jinki tersenyum-senyum sendiri kemudian berjalan ke koridor kampusnya.
***
Tiffany berjalan menghampiri seorang namja yang tengah bersandar di tiang ring basket. Namja itu adalah Kim Jong Hyun namja chingu Tiffany.
“Kau sepertinya lelah sekali.” Kata Tiffany seraya melap keringat Jong Hyun dengan sapu tangan berwarna pink miliknya
“Sangat…” keluh Jong Hyun
“Kau kenapa? Seperti tidak semangat hidup?” Tanya Tiffany seraya memandang Jong Hyun aneh
“Aku hanya lelah… sudah seminggu ini  tim basket kami latihan terus kadang dari jam 7 pagi sampai jam 10 siang kadang juga dari jam 2 siang sampai jam 7 malam.” Jawab Jong Hyun
“Aigoo… jika latihannya sepadat itu staminamu akan turun.” Ujar Tiffany khawatir
“Sudahlah tidak apa… kau tidak perlu khawatirkan aku.” Kata Jong Hyun sambil tersenyum manis
“Bagaimana bias aku tidak mengkhawatirkanmu huh?? Kau itu namja chinguku…” timpal Tiffany dengan kesal
“Hahaha… bukan begitu Fany~ah.” Jong Hyun membelai rambut Tiffany mesra
“Lalu?” Tanya Tiffany dengan ekspresi kesal dan bibir yang manyun beberapa centi
“Hanya saja aku tidak mau kau ikut terbebani.” Lanjut Jong Hyun
“Listen Boy, aku tidak pernah merasa terbebani. Sudah sepantasnyakan aku mengkhawatirkan keadaanmu eumm.” Ujar Tiffany seraya menatap Jong Hyun lekat-lekat
“Ne arraso… gomawo Fany~ah, kau memang yeoja yang baik tak salah aku memilihmu.” Puji Jong Hyun seraya tersenyum manis pada Tiffany, membuat pipi Tiffany bersemu merah karena malu.
“Eummm… ngomong-ngomong kau tidak ada jam ya hari ini?” Tanya Jong Hyun
Tiffany sontak kaget seraya melihat jam tangannya, “Aigoo… gawat.” Seru Tiffany panic
“Waeyo?” Tanya Jong Hyun seraya mengerutkan dahinya
“Aku hamper terlambat masuk kelas, aku pergi dulu ya annyeong.” Kata Tiffany panic seraya langsung berlari meninggalkan Jong Hyun, melihat tingkah Yeoja chingunya yang lucu Jong Hyun hanya bisa tertawa.
(End Author Pov)
***
(Tiffany Pov)
“Aduh gawat, jika aku sampai terlambat masuk ke kelas bagaimana.” Gumamku panic
Aku berlari menyusuri koridor di kampusku, berusaha berlari dengan cepat namun high heels dengan tinggi 5 cm ini membuat lariku sedikit tersendat. Dan karena terlalu terburu-buru tanpa sengaja aku menubruk seseorang di depanku. Aku pun terjatuh kelantai dengan posisi terduduk.
“Aigooo!!!” aku memegangi pinggangku yang benar-benar sakit akibat jatuh tadi
“Awww…” seru orang yang menabrakku tadi, dari suaranya sepertinya dia namja.
Dan benar saja saat aku mendongak dan melihat sosok di depanku ternyata benar dia adalah seorang namja dan parahnya lagi namja itu adalah teman sejurusan denganku, namja itu bernama Jinki. Lantas Jinki berdiri dan menatap ku dengan nanar. Karena tak mau kalah akupun balas menatapnya nanar.
“Ya!! Apa kau buta huh?!” tanyanya kasar, namja macam apa dia masa berbicara dengan wanita seperti itu
“Hey! Aku tidak buta, mataku masih bisa melihat.” Jawabku dengan lantang
“Tch… kalau tidak buta kenapa kau tidak melihatku yang tengah berjalan eum?” tanyanya dengan nada sedikit mengejek
“Ya!! Aku buru-buru jadi mana tahu kau ada di depanku!!” Ujarku nyerocos
“Oh Yeah? Setidaknya kau melihat ke depan sedikit bisa kan?” pekiknya
“Haish… bicara denganmu membuatku capek lebih baik aku pergi sekarang.” Ujarku kesal seraya kemudian  berdiri dan melanjutkan langkah. Tapi baru 4 langkah aku berjalan tiba-tiba seseorang memegang pergelangan tanganku, membuatku berhenti dan menoleh ke belakang.
“Pasti Jinki.” Gumamku menduga
Dan ternyata benar dugaanku Jinki yang memegang pergelangan tanganku.
“Waeyo?” tanyaku memebentak
“Lepaskan!” pintaku seraya mengayunkan pergelangan tanganku yang di pegang oleh Jinki
“Tak akan ku lepaskan sampai kau mau minta maaf.” Kata Jinki
“Ya! Kenapa harus aku yang minta maaf padamu? Kau kan juga salah!” pekikku
“Tapi kau yang lebih salah.” Kata Jinki tak mau kalah
“Jinki ayolah lepaskan aku… 5 menit lagi Pak Jae Won akan masuk, apa kau mau kita di hukum?” pintaku dengan lembut
“Haha… biar saja…aku tidak peduli…” ujar Jinki acuh
“Eughhh…” aku mendengus kesal mendengar perkataanya
“Jinki lepaskan aku… aku mau masuk ke kelas!!!” seruku
“Shiro.” Ujar Jinki sambil menatapku tajam. Aku benar-benar tidak mau mengucapkan maaf pada namja gila ini, tapi jika tidak bicara begitu aku tidak akan di lepaskan olehnya dan aku bisa terlambat masuk kelas. Tiba-tiba ide gila muncul di otakku, mungkin inilah satu-satunya jalan yang dapat ku lakukan agar bisa lepas dari Jinki.
“Ya!! Lepaskan!!” pekik ku
“SHIRO!!” Teriak Jinki tepat di telingaku
“Dasar namja gila.” Pekikku, aku kemudian menunduk dan menggigit tangan Jinki dan alhasil Jinki mengerang kesakitan.
Jinki melepaskan pegangannya dan langsung memegang pergelangan tangannya yang ku gigit tadi. Aku tertawa kecil dan berlari meninggalkan Jinki.
“Ya!! Mau kemana kau yeoja gila!!” seru Jinki saat melihatku pergi
Aku menoleh ke belakang dan menjulurkan lidahku dan kemudian berlari menuju kelas.
(End Tiffany Pov)
***
(Jinki Pov)
“Ya!! Mau kemana kau yeoja gila!!” seruku saat Tiffany berlari meninggalkanku
Tiffany menengok ke belakang dan menjulurkan lidahnya sambil tertawa kemudian kembali berlari.
“Sial.” Aku mendecak kesal, yeoja ini giginya kuat sekali sih sampai sakit tanganku di buat oleh giginya.
Aku kemudian berlari mengejar Tiffany yang sudah berada 5 meter jauh di depanku
“Ya Tiffany!!! Jangan lari kau!!!” seruku seraya berlari mengejar Tiffany
***
Sesampainya di depan kelas ku lihat Tiffany berdiri di pinggir pintu, sepertinya ia takut masuk ke kelas. Akupun memutuskan untuk menghampirinya.
Ku tepuk pundaknya membuatnya sedikit terkejut.
“Kau? Ada apa?” tanyanya ketus
“Kau kenapa tidak masuk?
“Ini semua gara-gara kau babo.” Hardik Tiffany seraya menjitak kepalaku
“Awww…” aku meringis pelan sambil mengelus kepalaku
“Ya, kenapa kau menyalahkan?” tanyaku kesal
“Lihat ke dalam!” ujar Tiffany kesal
Akupun melihat ke dalam dan OH MY GOOD… Pak Jae Won sudah berdiri di depan ruangan…
“Sudah tahu kan kenapa  aku menyalahkanmu.”
“Iya… tapi kan kau tidak perlu menjitakku.” Ujarku kesal
Tiffany melirikku dan menatapku tajam
“Wae?” tanyaku
“Aniya… aku hanya ingin menghajarmu.” Ujarnya ketus
“Hajar saja jika kau berani.” Ancamku
Tiffany memelototiku dan aku pun balas memelototinya
“Kau itu benar-benar…”
“Ehmmm…” suara itu, kenapa hari ini begitu sial.
“Lee Jinki!!! Tiffany Hwang!!”
“Hehe…” aku dan Tiffany tertawa kecil.
***
“Ini semua gara-gara kau.”  Gerutu Tiffany sambil menyapu dedaunan yang ada di sekitar halaman belakanga
“Ya! Kenapa dari tadi kau menyalahkanku terus? Ini juga salahmu tau.” Ujarku
“Hey! Tapi kalau kau tadi tak menahanku kita tak mungkin di hukum seperti ini.” Ujarnya tidak mau kalah
“Terserahmulah.” Ujarku mengalah lalu kembali memotong rumput di halaman belakang.
Tiba-tiba ku lihat sosok namja menghampiri kami. “Siapa dia ya?” tanyaku dalam hati
“Fany~ah kau sedang apa di situ?” Tanya namja itu seraya menghampiri Tiffany
“Ah… ak…aku…aku di hukum.” Ujar Tiffany gugup yang membuat ku sedikit tertawa
“di hukum? Kenapa bisa? Kau terlambat masuk kelas eum?” Tanya namja itu lagi sambil mengelus rambut Tiffany.
Sepertinya namja itu namja chingunya Tiffany, dapat di lihat dari cara dia bicara dengan Tiffany. Tapi kok dia mau ya sama yeoja gila seperti Tiffany? Hahaha
“Aku tadi terlambat masuk ke kelas.” Jawab Tiffany
“Mianhae.” Ujar namja itu
“Kenapa kau yang minta maaf?” Tanya Tiffany
“Gara-gara aku kau jadi terlambat.”
“Huh? Gara-gara kau? Bagaimana bisa?”
“Tadi kan kau ke lapangan basket dulu untuk menemuiku.”
“Oh jadi namja ini pemain basket. Sepertinya dia salah satu anggota tim basket di sini.” Gumamku
“kau tidak salah. Ini salahku karna tadi saat aku ke kampus aku jatuh jadinya terlambat masuk ke kelas.”
“Oh begitu… tapi kau baik-baik saja kan?” namja itu Nampak khawatir dengan Tiffany
“Iya aku baik-baik saja.” Tiffany tersenyum kecil
“Hemmm… syukurlah… kalau begitu aku kembali ke lapangan dulu ya.” Namja itu mengecup kening Tiffany mesra kemudian pergi meninggalkan Tiffany.
TKu lihat Tiffany tersenyum-senyum sendiri seraya terus-terusan memandang punggung namja tadi yang sudah jauh dari pandangannya.
“Ya! Apa lihat-lihat huh?” pekik Tiffany
“Siapa yang melihatmu.” Kelakku
“Tch… jangan bohong aku tahu dari tadi kau memperhatikan ku dan Jong Hyun, iya kan?” ujarnya
‘Oh jadi nama namja itu Jong Hyun.” Batinku
“Tidak… aku tidak memperhatikanmu dan namja itu, dari tadi kan aku memotong rumput di sini.” Ujarku berbohong
“Tch… dasar.” Decak Tiffany sebal seraya kemudian kembali menyapu.
(End Jinki Pov)
***
(Tiffany Pov)
Cuaca hari ini begitu panas, membuat keringatku bercucuran, setelah aku selesai menyapu aku kemudian pergi ke kantin tanpa memperdulikan panggilan Jinki, suruh siapa dia lelet jadinya ku tinggal deh.
Aku kemudian memesan segelas jus mangga dan duduk di salah satu meja di kantin. Hari yang sungguh sial dan melelahkan, tapi juga hari yang begitu menyenangkan, aneh bukan?
Tapi lebih banyak sialnya sih dari pada menyenangkannya, tapi ya sudahlah yang penting ada senangnya juga.
Aku menyedot jus mangga yang ku pesan tadi, membuatku sedikit jadi lebih fresh. Aku kemudian mengambil ipod berwarna pink dari tasku dan memasang headset di telinga.
Mendengarkan music sedikit membuatku santai dan nyaman. Tapi tidak lagi setelh Jinki menghampiri mejaku dan langsung menyambar jus mangga milikku.
“Ya!! Itu milik ku!!” pekik ku
Jinki tak menghiraukan perkataanku malahan menyedot jus manggaku sampai habis.
“Kau ini benar-benar namja gila.” Ujarku sebal
“Kau lebih gila dari aku.” Cetusnya
“Kau ini benar-benar… ah sudahlah aku capek beradu mulut denganmu.” Aku beranjak dari kursi dan berjalan meninggalkannya.
Kenapa namja gila itu selalu merusak suasana sih.
Akupun memutuskan untuk mendatangi Jong Hyun di lapangan basket, tapi ku urungkan niatku karena pasti saat ini Jong Hyun tengah berlatih, aku tidak mau mengganggunya jadi lebih baik aku pulang ke rumah saja.
Aku berjalan ke tempat parkiran sebelah barat kampus, hari ini aku tidak memarkirkan mobil ku di parkiran sebelah timur, entah kenapa aku hari ini merasa malas untuk memarkirankan mobil di situ.
Aku masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobilku, aku pun membawa mobilku keluar dari parkiran.
Entah kenapa aku dari tadi terus menerus mengingat perlakuan Jong Hyun tadi, ini pertama kalinya dia mencium dahiku. Sangat romantis hehe.
Gee Gee Gee Gee Baby Baby Baby Gee Gee…
Tiba-tiba ponselku bunyi, aku pun segera mengambilnya dari kursi penumpang yang terletak di sebelah kanan kursi kemudi.
“Yeobseyo…” sapaku
“Fany~ah..” ujar Yuri
“Waeyo?”
“Kita ke mall yuk.”
“Kapan?” tanyaku malas
“Sekarang.”
“Bisakah nanti sore? Aku masih terlalu capek.”
“Baiklah… kalau begitu nanti sore aku ke rumahmu ya.”
“Ya terserah kau saja.” Ujarku mengakhiri pembicaraan.
Itu tadi Yuri dia sahabatku, sejak SMP sampai SMA kami selalu sekelas, tapi tidak waktu kuliah, karena dia dan aku masuk ke universitas yang berbeda, namun persahabatan kami sampai sekarang tidak pernah berhenti karena kami masih sering berkomunikasi da bertemu.
Setelah menempuh 25 menit perjalanan akhirnya aku sampai ke rumah, aku memasukkan mobilku ke bagasi dan segera turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah.
***
Brukkkk
Aku menjatuhkan tubuhku ke atas kasur, benar-benar melelahkan. Aku memandangi langit-langit kamarku yang berwarna pink dengan sedikit tekstur berbgambar hati, yeah aku adalah penggila pink jadi seluruh kamarku ku isi dengan benda yang berwarna pink, mulai dari lemari, bathrobe, handuk, seprai, gorden, cat dinding, jam waker, meja belajar, laptop, dan lain-lain tapi tidak semuanya juga berwarna pink sih hehe.
Bosan itulah yang kurasakan saat ini, appa dan oemma pasti saat ini sedang sibuk, Appa sibuk dengan meeting penting di kantornya sedang oemma sibuk di butik pastinya. Dan aku sendirian di rumah dan hanya di temani dengan rasa bosan.
Aku kemudian mengambil ponselku mencoba untuk menghubungi Jong Hyun, tapi tidak ada jawaban darinya, aku yakin saat ini pasti dai sedang berlatih. Dari pada bosan akhirnya ku putuskan untuk menyetel music di tape compo dengan volume yang keras, aku kembali merebahkan tubuhku di kasur dan alhasil aku pun mulai terbawa kea lam mimpi.
(End Tiffany Pov)
(Author Pov)
Di sebuah gedung mewah di kota Seoul, nampak dua orang sahabat yang lama tak berjumpa tengah bertegur sapa.
“Hey! Jung Dong sudah lama kita tidak bertemu.” Ujar pria paruh baya bernama Lee Ji Hoon
“Iya lama sekali sekitar 25 tahunan.” Ujar Jung Dong
“Bagaimana keadaan istri dan anakmu?”
“Mereka baik, kau sendiri?”
“Istri dan anak-anak ku baik.”
“Hoho… oh iya ku dengar kau memiliki 2 orang putra dan seorang putrid ya?”
“ Ya begitulah.”
“Bagaimana mereka?”
“Mereka memiliki sifat yang bertolak belakang.”
“Benarkah?”
“ya.”
“Bisa kau ceritakan padaku?”
“Tentu saja, tapi tidak di sini.”
“Baiklah aku mengerti, bagaimana jika kita pergi ke restaurant di sekitar sini?”
“Ide bagus.”
Kedua sahabat lama berusia paruh baya itupun kemudian berjalan keluar dari gedung itu.
***
Kedua namja paruh baya itupun memasuki restaurant bernuansa modern beraksen oriental. Mereka duduk di salah satu meja yang terdapat di restaurant itu.
“Aku masih tidak percaya bisa bertemu lagi denganmu Ji Hoon.” Kata Jung Dong membuka pembicaraan
“Aku juga masih tidak percaya bisa bertemu dengan sahabat lamaku Hwang Jung Dong haha” Ji Hoon tertawa kecil
“Oh ya bisa kau ceritakan sifat ketiga anak mu tadi? Aku begitu penasaran.”
Ji Hoon pun mulai menceritakan sifat ketiga anaknya yang bertolak belakang itu
“Putra pertamaku, dia bernama Jinki sifatnya sangatlah dewasa, dia juga sangat menyayangi kedua orang tuanya dan kedua adiknya. Apapun yang kami perintahkan padanya dia selalu menurut dan tak berani untuk membantah. Putra keduaku bernama Taemin, dia hanya berbeda empat tahun dengan Jinki, dia sangat nakal dan kekanak-kanakan, suka menjahili adiknya Eun Ji tapi meskipun nakal dia cukup berprestasi. Anak ku yang terakhir namanya Eun Ji, dia baik dan juga penurut namun sedikit manja, dia juga memiliki sifat keras kepalasepertiku jadi apapun yang di minta kami harus menurutinya.” Tutur Ji Hoon
“Repot sekali kau, punya tiga anak dengan sifat yang berbeda-beda. Tapi menurutku sifat anakmu yang paling baik adalah sifatnya Jinki.” Komentar Jung Dong
“Haha… aku dan istriku pun berpikir begitu… Oh ya bisakah kau ceritakan padaku tentang putrid semata wayangmu itu? Siapa namany?”
“Tiffany.”
“Yeah Tiffany, bisakah kau ceritakan padaku?”
“Tentu saja, Tiffany itu, dia anaknya cukup manja, susah sekali untuk di atur, selalu bertindak semaunya, tak sering aku dan Young In di buatnya berteriak-teriak karena ulahnya. Untung saja dia memiliki prestasi yang baik.” Tutur Jung Dong
“Berapa umur Tiffany sekarang?” Tanya Ji Hoon
“21 tahun. Ada apa?”
“Tidak, berarti hanya beda setahun dengan putraku. Putraku saat ini berusia 22 tahun.”
“Maksudmu putramu yang bernama Jinki?” Tanya Jung Dong
“Ne…Oh ya bagaimana jika kita jodohkan mereka berdua.” Tawar Ji Hoon
“Jodohkan?”
“Yeah kita jodohkan mereka berdua, aku ingin sekali memiliki cucu lagi pula ku rasa umur anak ku dan anak mu sudah cukup dewasa.” Tutur Ji Hoon
“Hemm… aku sebenarnya setuju sangat setuju, karena aku juga ingin memiliki seorang cucu, tapi aku harus menanyakannya terlebih dahulu pada Tiffany.”
“Baiklah, tidak jadi masalah. Oh ya ngomong-ngomong ayo kita pesan makanan dari tadi kita hanya ngobrol saja.”
“Hahaha iya…. Kau mau pesan apa?”
***
“Kau sudah lama menunggu?” Tanya Ji Yeon pada Jinki
“Ah tidak juga… tumben kau keluarnya lama.”
“Oh aku tadi ke kantin dulu denga Yeji, wae?”
“Aniya… ayo masuk.” Jinki membukakan pintu mobil untuk Ji Yeon, Ji Yeon kemudian masuk ke dalam mobil Jinki dan menutup pintu mobil, setelah Ji Yeon masuk Jinki pun masuk ke dalam mobil.
“Kau mau langsung ku antar pulang atau kita jalan-jalan dulu?” Tanya Jinki
“Terserah kau saja.”
“Bagaimana kalau jalan-jalan dulu?” Tanya Jinki
“Baiklah.”
Jinki tersenyum kemudian menyalakan mesinnya mobilnya dan melesat kencang meninggalkan tempat parkiran.
Jinki menghentikan mobilnya di tempat parkiran sebuah department store.
“Ayo turun.” Ajak Jinki seraya turun terlebih dahulu di ikuti kemudian oleh Ji Yeon.
“Untuk apa ke department store?” Tanya Ji Yeon menyelidik
“Jalan-jalan saja, sambil berbelanja seperlunya. A-yo.” Jinki menarik tangan Ji Yeon masuk ke dalam gedung.
***
“Nona ada nona Yuri.” Ujar Hyun In  seraya mengguncang-guncang pelan tubuh majikannya tersebut
“Eummm… suruh dia masuk bi.” Perintah Tiffany seraya menutup wajahnya dengan bantal
“Baik nona.” Hyun In kemudian keluar dari kamar Tiffany dan sesaat kemudian Hyun In kembali ke kamar bersama Yuri
“Silahkan masuk nona. Saya permisi dulu.” Pamit  Hyun In seraya kemudian pergi dari depan kamar Tiffany
“Anak ini.” Gumam Yuri
“Fany!!!! Fany !!! Ireona!!” pekik Yuri seraya kemudian membuka gorden kamar Tiffany, dan memelankan volume suara tape compo yang berada di kamar Tiffany.
“Ya! Bangun, ini sudah sore… ayo kita jalan-jalan.” Ujar Yuri mengingatkan
“Aku sangat capek Yuri.” Ujar Tiffany
“Ayolah, kau kan sendiri yang bilang kalau nanti sore kita jalan-jalan.”
“Tapi…”
“Tidak ada tapi-tapian ayo bangun dan segera mandi.” Potong Yuri
Tiffany menguap kecil “ayolah berikan aku waktu 5 menit lagi untuk tidur.” Pinta Tiffany dengan mata tertutup
Yuri mendecak kesal “aish kau ini, ayo bangun cepat! Sudah tidak ada waktu lagi.” Yuri mengguncang-guncangkan tubuh Tiffany.
“Ya ya ya baiklah.” Tiffany bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi dengan langkah gontai.
Yuri tersenyum kecil melihat Tiffany yang dengan terpaksa menuruti perintahnya
“Dasar dia masih sama seperti dulu.” Gumam Yuri seraya kemudian mengambil majalah yang terdapat di ranjang Tiffany dan membacanya.
***
15 menit kemudian
Tiffany keluaar dari kamar mandi dengan muka masa, di ambilnya baju yang sudah di pilihkan oleh Yuri selama dia mandi tadi kemudian yeoja cantik itu kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti bathrobenya dengan pakaian yang tadi di ambilnya.
Sesaat kemudian Tiffany keluar dari kamar mandi dengan mengenakan pakaian yang di pilihkan Yuri tadi, Tiffany nampak lucu dengan rambutnya yang di kuncir dua.
“Ayo berangkat.” Ajak Tiffany seraya mengambil tasnya dari atas meja belajar
“Ayo.” Yuri bangkit dari kasur dan berjalan keluar di ikuti kemudian oleh Tiffany.
***
Tiffany dan Yuri memarkirakan mobil mereka di parkiran department store yang mereka kunjungi. Tiffany keluar dari mobil begitu juga Yuri mereka berdua kemudian bersama-sama masuk ke dalam department store tersebut.
“Lama ya tidak jalan bersama seperti ini.” Tiffany membuka pembicaraan
“Ne… lama sekali.” Timpal Yuri
“Kegiatan di kampus kita masing-masing, membuat waktu kita untuk bersama sedikit tersita.” Ujar Tiffany kecewa
“Haha… iya tapi asal kita masih bisa bertemu tak apa kan.” Ujar Yuri
“Iya sih…” sahut Tiffany
“Hey kita mampir ke butik di situ sebentar yuk, sudah lama kita tidak memilih pakaian bersama.’ Ajak Yuri
“Hemm… ayo…” ujar Tiffany sumringah seraya kemudian bersama dengan Yuri berjalan ke  arah sebuah butik
***
“kau mau makan ice cream?” tawar Jinki pada Ji Yeon saat mereka melewati sebuah toko ice cream
“Tidak.” Tolak Ji Yeon halus
Mendengar jawaban Ji Yeon, Jinki hanya bisa menarik nafas.
Mereka berjalan melewati toko-toko yang ada di department store ini.
“Ji Yeon apa kau mau pulang?” tanya Jinki sambil berjalan
Namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Ji Yeon.
Jinki menoleh ke samping “Ji Yeon~a apa kau mar…” ucapannya terputus saat ia tak melihat sosok Ji Yeon di sebelahnya.
‘Kemana Ji Yeon.” Batin Jinki
Mata Jinki melihat ke segela sudut dari tempatnya berpijak sekarang namun tak di temukannya sosok Ji Yeon dan barulah ia menemukan sosok Ji Yeon saat matanya tak sengaja melirik ke sebuah butik.
‘Kenapa Ji Yeon ada di situ.” Batin Jinki seraya menaikan alisnya.
Jinki berjalan menghampiri Ji Yeon, dan dari jarak 3 meter dapat terlihat jelas di mata Jinki bahwa Ji Yeon tengah memandang sebuah sepatu yang terpajang di dalam butik itu.
Jinki menghampiri Ji Yeon dan menepuk bahunya
“Kau suka sepatu itu?” tanya Jinki
“Ah tidak.” Sangkal Ji Yeon
“Oh, kau mau pulang?” tanya Jinki sekali lagi
“Ne aku mau pulang, untuk apa juga kita kesini.” Ujar Ji Yeon
“Yeah kurasa benar juga katamu honey, ayo kita ke parkiran.” Ajak Jinki seraya merangkul pundak Ji Yeon
Mereka pun berjalan menuju pintu Lift  “Aigoo…” keluh Jinki seraya memegang perutnya
“Wae chagi?” tanya Ji Yeon panic
“Chagi perutku sakit sekali, sepertinya aku perlu ke toilet sebentar. Kau turun duluan ya.” Pinta Jinki
“Ah ne arraso. Kalau begitu aku turun duluan ya, kau cepat turun.” Ujar Ji Yeon
“Ne…” ujar Jinki seraya berlari meninggalkan Ji Yeon
Ji Yeon menatap punggung kekasihnya itu aneh seraya menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian masuk ke dalam lift.
***
‘Mianhae Ji Yeon.’ Batin Jinki
Yeah, Jinki berbohong pada Ji Yeon sebenarnya perutnya tidak sakit, perut sakit hanyalah sebagai alibi agar Ji Yeon percaya bahwa Jinki benar-benar ingin ke toilet, padahal sebenarnya Jinki ingin pergi ke butik tadi untuk membeli sepatu yang di lihat oleh Ji Yeon.
Jinki masuk ke dalam butik itu, seraya kemudian mencari sepatu yang tadi di lihat Ji Yeon.
Setelah beberapa menit mencari akhirnya Jinki menemukan sepatu itu. Jinkipun menghampiri tempat di mana sepatu itu di pajang dan hendak mengambilnya.
Saat tangannya memegang sepatu itu ada juga tangan lain yang sudah mengambilnya.
Jinki menarik sepatu itu dan menoleh ke pada orang yang hendak mengambil sepatu itu juga, melihat orang yang hendak mengambil sepatu itu mata Jinki terbelalak kaget begitu juga sebaliknya.
“Ya aku duluan yang menemukan sepatu ini.” Pekik Jinki seraya menarik sepatu itu dari tangan Tiffany namun tak berhasil, Tiffany memegangnya begitu kuat.
“Aku yang terlebih dulu melihat dan mengambilnya.” Sahut Tiffany tak mau kalah
“Ya!! Tidak bisa aku duluan yang mengambilnya!!!” tandasnya
“Oh Yeah?” ujar Tiffany dengan nada sedikit mengejek
“Yeah dan hanya aku yang boleh membeli sepatu ini.” Cetus Jinki
Mendengar perkataan Jinki, Tiffany langsung mendelik pada Jinki begitu juga sebaliknya.
“Kau….”
Ever since I fell in love, I can only see you
my heart is beating so fast
Hug me deep against your chest, while walking on the sidewalk, lbe sure to kiss me
To throw little tantrums on purpose, and to put on a cute act
To know your heart by the look of your eyes, to stay close together even when it’s hot
To link arms tight while walking, and infront of your house, give you a sweet kiss
CAUSE I LOVE YOU, CAUSE I NEED YOU
CAUSE I LOVE YOU, CAUSE I NEED YOU
If i don’t see you even for one day, I want to give you a kiss
I want to kiss, the sweet you
’til you can’t breathe and are about to burst,
I’ll hug you
Until the end of time,
I’ll love you
even when i see sexy women, i’ll look straight ahead and keep walking
Late at night, i call you. I love you, I tell you countless times
CAUSE I LOVE YOU, CAUSE I NEED YOU
CAUSE I LOVE YOU, CAUSE I NEED YOU
If i don’t see you even for one day, I want to give you a kiss
I want to kiss, the sweet you
’til you can’t breathe and are about to burst,
I’ll hug you
Until the end of time,
I’ll love you
After meeting you, each day is exciting,
after meeting you, each day my heart greets with flutters
after meeting you, each day grows shorter
after meeting you, each day’s end leaves me wistful
after meeting you, each day is mild and soft
after meeting you, each day is filled with happiness
after meeting you, I became a princess and,
after meeting you, I’m a happy girl
I LOVE YOU, CAUSE I NEED YOU
I LOVE YOU, CAUSE I NEED YOU
Tbc……